Pages

Friday, November 19, 2010

Bacalah

"bacalah," begitulah ungkap-Mu yang paling romantis itu dan semua seperti tersihir untuk menyitir dan mengungkapkannya.
lalu kami pun menjadi mahir untuk membaca dan meneriakkannya. namun kami hanya pandai membaca aksara-aksara yang ditulis oleh para tetangga, sedangkan ketika membaca huruf-huruf yang kami gores ke dada sendiri, kami menjadi gagu dan alpa.

Sidomoro, 18 November 2010

1 comment:

wajdi said...

beberapa kali saya membaca puisi ini hingga ada sejenis rindu untuk terus melantunkan hati dengan bacaan-Nya

Sepetak Sajak

Kau tidak menyebut nama-Ku
kau menyebut namamu

(Gatoloco, Asmaradana, Goenawan Mohammad)

----

aku ingin mencintamu dengan membabi buta-
dengan sebotol racun yang diteguk Romeo
tanpa sangsi yang membuat kematiannya jadi puisi

aku ingin kau mencintaiku dengan membabi buta
dengan sebilah belati yang ditikamkan Juliet
ke dada sendiri yang membuatnya jadi abadi

(Aku Ingin, Autobiografi, Saut Situmorang)