Jumartono tidak pernah menyesali pilihan hidupnya dengan berprofesi sebagai pelukis yang masih digelutinya sampai saat ini. Justru dari profesi itulah banyak hal yang dia dapatkan, meskipun dari aspek materi, mungkin tidak terlalu menjanjikan. Aspek-aspek lain yang membuatnya betah misalnya adalah pertemuannya dengan berbagai kalangan masyarakat pencinta seni lukis mulai dari yang berprofesi sebagai pengusaha, artis, atau dari kalangan pelukis itu sendiri baik yang sudah ternama maupun pemula. Interaksi dengan berbagai kalangan pencinta seni lukis dan apresiasi mereka semakin menambah pengkayaan batin bagi dirinya. Dengan melukis itu pula Jumartono dapat berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia dalam rangka memamerkan lukisan-lukisan hasil karyanya atau untuk kepentingan lain yang terkait dengan dunia seni lukis. Baginya, hal-hal non materi yang telah dia peroleh dan dia alami tersebut merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya.
Perjalanannya sebagai seorang pelukis diawali ketika Jumartono kecil melihat aktivitas sehari-hari seorang tetangganya, Masbukhin, yang juga berprofesi sebagai pelukis. Persentuhannya dengan sang tetangga itulah yang telah menginspirasinya untuk mulai mencintai dunia corat-coret. Jumartono kecil mulai gemar corat-coret dengan berbagai media yang berada di sekitarnya mulai dari papan triplek, tembok rumah, pagar rumah, bahkan buku tulis untuk catatan pelajaran sekolahnya pun tak luput dari hasratnya yang menggebu untuk menuangkan segala kegelisahannya melalui coretan-coretan. Seringkali buku-buku untuk catatan pelajaran yang dia miliki cepat penuh karena dari depan dia isi dengan catatan pelajaran yang diperolehnya dari guru di sekolah, sedangkan dari belakang digunakan untuk corat-coret sesuai suara hatinya.
Jumartono mulai mengenal melukis di atas kanvas ketika menginjak sekolah menengah pertama (SMP). Dari kegemarannya terhadap seni lukis itu, selepas menyelesaikan studinya di sekolah menengah pertama, Jumartono disarankan oleh seorang teman untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Surabaya, yang saat ini menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Sebelas, Surabaya. Pada saat itu hanya ada empat buah SMSR. Keempat sekolah tersebut tersebar di kota besar Indonesia yaitu Surabaya, Solo, Yogyakarta, dan Padang.
Ketika telah akrab dengan dunia akademis itulah Jumartono baru memahami bahwa melukis itu tidak hanya sekedar menggambar, sebagaimana yang dia persepsikan sebelumnya. Bahwa dalam melukis itu ada wacana, ada dinamika, ada persoalan-persoalan, jadi tidak hanya sekedar memindahkan obyek lukis di atas kanvas.
Dalam eksplorasinya, ada empat fase perjalanan kepelukisan Jumartono yang semakin lama semakin menampakkan jati dirinya. Fase pertama, hasil karyanya tampak sangat memperhitungkan figur nan elok dengan tema-tema manis dan akrab. Mungkin sesuai dengan kemudaannya yang masih digelorakan oleh cinta dan teman hidup sehingga pada fase ini banyak dijumpai lukisan perempuan-perempuan dalam berbagai ekspresi. Fase kedua merupakan pengaruh karakter pribadinya dalam menumpahkan ekspresi. Kepribadian yang pendiam tetapi relatif praktis dan cepat dalam tindakan, menggerakkan efek-efek rupa ekspresif dengan figur-figur dramatis. Fase ketiga, Jumartono mengerjakan proses melukisnya yang dilakukan di luar studio, berhadapan langsung dengan obyek lukisan, obyek tidak lagi imajinasi dari cetusan abstrak ekspresif, tetapi pemandangan asli yang termuati emosi sehingga gaya ekspresif eksis mendukung rupa efek. Sedangkan pada fase keempat, masih dalam ekspresionisme yang seolah telah menyatu dengan dirinya, namun eksplorasi dilakukan dari aspek media lukisan, yaitu dengan menggunakan batu candi.
Dengan media dari batu candi, yaitu batu yang diperoleh melalui proses alam, lahar dingin gunung berapi yang dia dapatkan dari Yogjakarta, hasil-hasil karyanya sangat mewakili tema-tema kekerasan sosial dan psikologis masyarakat kecil yang menjadi obyek lukisannya akhir-akhir ini. Karakter batu candi berwarna hitam dengan kontur kasar dan berpori-pori besar seolah menyatu dengan obyek lukisan yang dia angkat dari realitas sosial yang dijumpainya sehari-hari di lingkungan dia tinggal. Berbagai karya-karya lukisannya itu bisa dilihat di galeri pribadinya, Modern Art Gallery, yang terletak di Jalan Sunan Giri No. 25, Lamongan, Jawa Timur.
Sebagaimana dalam proses eksplorasinya yang mengalami berbagai kendala sampai dengan bertemunya bentuk-bentuk yang sesuai dengan jiwanya, perjalanan hidup seorang Jumartono juga mengalami pasang surut. Pernah mengalami masa-masa sulit sehingga hampir tidak bisa berkarya karena untuk sebuah karya lukis memerlukan biaya yang tidak murah, jangankan untuk berkarya, untuk menopang kehidupan sehari-hari pun sangat sulit. Kondisi tersebut pernah membuatnya memutuskan untuk mengambil jeda dari dunia seni lukis, dan meninggalkan dunia seni lukis telah membawa dirinya bekerja sebagai orang upahan pada sebuah galeri pembuatan patung. Namun rasa cinta tak dapat menjauhkan hatinya dari dunia seni lukis, hingga akhirnya dia kembali menapaki apa yang telah dia cintai dan geluti sejak masih kecil tersebut hingga sampai detik ini.
Sebagai pelukis muda, yang masih penuh gairah dan semangat untuk berkarya dan maju, masih banyak obsesi-obsesi yang ingin dia raih. Diantaranya adalah rencananya untuk membawa kembali seniman seni rupa Lamongan untuk melakukan pameran di luar Lamongan sebagaimana pernah dilakukannya dulu ketika dia menjadi motor bagi terselenggaranya pameran lukisan bertajuk “Sili Obong 2002” di Galeri Surabaya. Saat itu pameran tersebut dibuka oleh Bupati Lamongan, M. Masfuk, S.H. yang sampai dengan saat ini telah menjabat dua periode sebagai Bupati Lamongan.
Kini, sudah hampir dua periode Jumartono menjabat sebagai Ketua Komite Seni Rupa di Dewan Kesenian Lamongan (DKL). Sebelum mengakhiri masa kepengurusannya itu, dia punya obsesi ingin menyelenggarakan sebuah even besar seni rupa di Lamongan dengan mengundang para seniman dari luar Lamongan.
-----***------
Keterangan:Lukisan karya Jumartono:
1. Sejenak Berpikir
2. Duduk dan Menunggu
3. Kontemplasi
4. A Long Journey
Profile:
Nama : Jumartono
Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 12 Juni 1978
Alamat : Jalan Basuki Rahmad Gg V/16, Lamongan, Jawa Timur
Studio : Modern Art, Jalan Sunan Giri No. 25, Lamongan, Jawa TimurAgama
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelukis
Pendidikan : Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Surabaya
Status : Lajang
Aktivitas Pameran
1. Pameran Tunggal
1995 - Pameran Lukisan Tunggal, "Mendung, Hujan, dan Tanah" di Gallery Surabaya
2. Pameran Bersama
2007 - Pameran Seni Lukis Bang Wetan “ Spirit of Indonesia ” di TMII, Jakarta
2007 - Pameran Seni Lukis Festival Seni Surabaya “ Peradaban Baru ” di Surabaya
2007 - Pameran Seni Rupa “ Gelar Akbar Jawa Timur 2007 ” Taman Budaya, Jatim
2006 - Pameran eran Seni Rupa “ Semangat Estetika 2006 ” di Lamongan
2006 - Pameran Lukisan “ Jambore Seni Lukis Nusantara ” di Surabaya
2005 - Pameran Seni Rupa “ Spirit 2005 “ di Lamongan
2004 - Pameran Seni Rupa “ Membaca Peta Seni Rupa Jawa Timur ” di Taman Budaya, Surabaya
2004 - Pameran Lukisan “ New Fokus, Destination ” di Gallery Surabaya
2004 - Pameran Lukisan “ Spirit 2004 ” di WTC Surabaya
2003 - Pameran Lukisan “ Suka Cita 9 ” di DKM Malang
2003 - Pameran Lukisan “ Nuansa Eksotika ” Pelukis 5 Kota di Sidoarjo
2003 - Pameran Jambore Seni Lukis Surabaya 3 di Balai Pemuda Surabaya
2002 - Pameran Lukisan “Sili Obong 2002 ” di Gallery Surabaya
2002 - Pameran Lukisan “ Ekspresi Lima Ragam ” di Balai Budaya, Jakarta
2001 - Pameran Lukisan “ Art Festival 2001 ” di Bizzete Gallery, Jakarta
2001 - Pameran Jambore Seni Rupa Nasional di Ancol, Jakarta
2000 - Pameran Lukisan “ Jangan Menangis Ibu Pertiwi ” di Hotel Sahid, Jakarta
2000 - Pameran Jambore Seni Rupa Nasional di Ancol, Jakarta
2000 - Pameran FKY di Benteng Viedeburg, Yogyakarta
2000 - Pameran Seni Rupa Memperingati Ulang Tahun Pasar Seni Ancol, Jakarta
1999 - Pameran Lukisan “ Spirit Millenium II ” di Hotel Borobudur, Jakarta
1999 - Pameran FKY di Benteng Viedeburg, Yogyakarta
1999 - Bursa Seni Lukis Jawa Timur di Hotel HYAT, Surabaya
1998 - Pameran Seni Rupa “ Tiga Rupa Metamorfosa ” di Taman Budaya, Surabaya
1998 - Pameran Seni Eksperimental di Koridor Balai Pemuda, Surabaya
1997 - Pameran Lukisan “ Memperingati Hari Kartini ” di Gedung Pemda Lamongan
1997 - Pameran Lukisan Bersama Kerabat Nawa di Nganjuk
No comments:
Post a Comment