Pages

Wednesday, September 26, 2007

Gresik Kota Ba(R)u



duduk bersilang di persimpangan
menghirup wangi secangkir kopi yang baru di seduh
teriring sepoi angin menebar amoniak menusuk hidung
debu-debu pembangunan, asap-asap hitam kemajuan,
terlahir dari persalinan cerobong-cerobong malam
merangkaki paru-paru jalan

tumpah ruah di ambang batas kesadaran
memicu sedu di got-got jalanan, di rumah sakit-rumah sakit, dan di tanah pembaringan sunyi
inikah tuntutan zaman
persetubuhan revolusi industri dan dzikir sufi
yang menutup jalan-jalan besar, di makam-makam para moyang
mengabadikan maqom kekuasaan di atas kesenjangan

melaju di compang-camping jalan rombeng
menikmati sensasi delman berrekreasi
kemana berlari materi-materi kaya industri
mengantar kota untuk berkosmetika

lalu, dalam sebuah harian mereka bersabda:
”bukankah kosmetika itu kepalsuan”
”sikap mental lebih diutamakan”
itukah akhirnya pengakuan keteladanan disematkan

debu-debu pembangunan, asap-asap hitam kemajuan
sunyi menikam di derai tawa yang sewaktu-waktu sirna


Kota Pudak, 26 September 2007

No comments:

Sepetak Sajak

Kau tidak menyebut nama-Ku
kau menyebut namamu

(Gatoloco, Asmaradana, Goenawan Mohammad)

----

aku ingin mencintamu dengan membabi buta-
dengan sebotol racun yang diteguk Romeo
tanpa sangsi yang membuat kematiannya jadi puisi

aku ingin kau mencintaiku dengan membabi buta
dengan sebilah belati yang ditikamkan Juliet
ke dada sendiri yang membuatnya jadi abadi

(Aku Ingin, Autobiografi, Saut Situmorang)