Pages

Thursday, November 22, 2007

Musim Tak Pernah Berganti


~ dya ~


pada musim yang tak pernah berganti
selalu engkau pertanyakan pada
baris jingga cakrawala
kapankah musim bebunga
persembahkan mekar kuntumkuntumnya
pada hijaunya lembah dan lerenglereng pegunungan
peraduan matahari menapaki jeda


seperti tatap mata letihmu
sunyi dari binarbinar berpendar
menyimpan kelam rahasia
sang mahalukaduka
pada terjalnya lerenglereng tandus kehidupan
peraduan kita merebut hidup


ku jemput engkau meniti
bersama ke sebuah negeri
dengan cinta bertahta raja
dan kesetiaan sebagai mahkota
bukankah selalu engkau rasa
janjiku sebagaimana
tlah kugoreskan di lembar prasasti abadi
saat melati niat terikat
di persaksikan cahaya matahari
tak begitu terik


kutuk apakah menimpa negeri kita
hingga musim tak pernah berganti
hanya gemawan kelam meningkapi cakrawala
sang mahalukaduka bertahta raja
sang mahalukaduka bermahkota setia
bimbang sungging senyummu menahan kerisauan


tak sepatah jawabku menghalau risaumu
karena waktu adalah makhluk terbijak
menjawab, memberi pengalaman dan pengertian dari dalam
bukankah,
cinta adalah sang mahalukaduka mewujud
tidakkah,
setia adalah sang mahalukaduka menjelma
karena hidup adalah sang mahalukaduka



Kota Pudak, 21 November 2007

the picture taken from: http://www.fotosearch.com

No comments:

Sepetak Sajak

Kau tidak menyebut nama-Ku
kau menyebut namamu

(Gatoloco, Asmaradana, Goenawan Mohammad)

----

aku ingin mencintamu dengan membabi buta-
dengan sebotol racun yang diteguk Romeo
tanpa sangsi yang membuat kematiannya jadi puisi

aku ingin kau mencintaiku dengan membabi buta
dengan sebilah belati yang ditikamkan Juliet
ke dada sendiri yang membuatnya jadi abadi

(Aku Ingin, Autobiografi, Saut Situmorang)