dasar!
tarifmu kerap kau tinggikan
di antara reruntuhan penghasilan
katamu disesuaikan
di riuhrendah senyap jeritan
tetapi di tinggimu itu
aku tak mengerti, ah kenapa
wajahmu tetap nyalapadam
semestinya wajah kami
merahpadam
memunguti sejumput kata dalam
pejam
kerap kau buat kami
berlonjak berteriak
ketika dalam pejam tibatiba seperti
terbuka mata
ternyata hanya guraumu saja
karena kami harus membakar lilin
lebih lama
Kota Pudak, 6 Desember 2007
No comments:
Post a Comment