Pages

Wednesday, November 7, 2007

Tragedi Jalan Pedang


: tuk cucu lelaki utama


melesat di punggung derap
si hitam jantan
bertaruh di sisi surga dan neraka
diantara berhadap-hadap
wajah-wajah berharap syuhada
melewati jalan panah dan pedang

darah siapa meleleh
memerahkan langit Karbala
ditengah putih rintih
dan senandung keagungan

untuk dan atas namaMu
sejarah kekuasaan
selalu mewariskan
berpuluh-puluh ikatan
sebagai pemilik tunggal
panah kebenaran
dilesatkan dari busur kepentingan


Kota Pudak, 7 November 2007

2 comments:

KOMARUDDIN SIREGAR said...

Assalamualaikum

Salam senyawa duhai para pecinta sastra ,indah nya kata kata yang tertulis sudah.Mencairkan kebekuan pikiran dan hati ini.Saya kagum melihat anda,kalau boleh siapa nama dan dari mana.Kenalkan nama saya Qomaruddin siregar lagi menjalani liku luka nya sastra.

Zawawi said...

mas qomaruddin, salam kenal, terima kasih bila tulisan saya dpt menginspirasi, maaf baru belajar nulis, mohon saran dan kritik bila berkenan

Sepetak Sajak

Kau tidak menyebut nama-Ku
kau menyebut namamu

(Gatoloco, Asmaradana, Goenawan Mohammad)

----

aku ingin mencintamu dengan membabi buta-
dengan sebotol racun yang diteguk Romeo
tanpa sangsi yang membuat kematiannya jadi puisi

aku ingin kau mencintaiku dengan membabi buta
dengan sebilah belati yang ditikamkan Juliet
ke dada sendiri yang membuatnya jadi abadi

(Aku Ingin, Autobiografi, Saut Situmorang)