Pages

Thursday, August 30, 2007

Mengantarmu Berlindung di Negeri Tuhan


’tuk Ayah, Selasa Kliwon, 22 Agustus 2007


lari-lari kecil beberapa langkah mendahului iring-iringan yang mengantarmu
dideras hujan senja yang smakin menggerimis
di sepanjang jalan ku tabur wangi kembang berpadu kuning beras, lembar kertas dan logam penukar
setelah dalam berdiri berjajar mantra doa untukmu dilafalkan
kuyup basah tubuh dan jiwaku

gerimis merintik usai t’lah
tebaran wangi kembang berpadu kuning beras, lembar kertas, dan logam penukar habis sudah
”inilah gerbang pintu negeri barumu yang t’lah engkau tahu”
menanti engkau empat puluh waktu lamanya dalam baring ada tiada
setelah tujuh puluh delapan masa tak henti menabur karya menyemai makna

kini tlah engkau khatamkan perjalanan dalam bias rela handai tolan
meski isak sesak kehilangan tersisa di sudut ruang
kini ku pulang setelah mengantarmu berlindung di negeri Tuhan
meski puji puja tak kan henti ku pintakan

Tuban, 22-24 Agustus 2007

No comments:

Sepetak Sajak

Kau tidak menyebut nama-Ku
kau menyebut namamu

(Gatoloco, Asmaradana, Goenawan Mohammad)

----

aku ingin mencintamu dengan membabi buta-
dengan sebotol racun yang diteguk Romeo
tanpa sangsi yang membuat kematiannya jadi puisi

aku ingin kau mencintaiku dengan membabi buta
dengan sebilah belati yang ditikamkan Juliet
ke dada sendiri yang membuatnya jadi abadi

(Aku Ingin, Autobiografi, Saut Situmorang)