ku ketuk diamMu dalam nyanyi sunyi
di lingkaran perjamuan anggur jiwa
berasa wajahMu yang tak pernah binasa
benderang di balik diam, cahaya di atas cahaya
lalu sapa mesra
uluran tangan-tangan perkasa dalam kidung fatwa pun bernada
”wahai jiwa pecinta, masuklah di hangat dekapKu, tenanglah di benteng langitKu”
”karena Kau dan Aku dalam satu”
gundah tengadah
debar menebar
rindu menderu
ayat-ayat menanti jawab
lalu tegak tersentak
temaram dibalik diam, semakin pekat menyelinap
di ritmis nafas mendesah
di setiap alir sel – sel merah darah
inilah cinta monyet hamba di belia jiwa
menghadapMu dalam pekat jiwa mendekatMu karena pesona dunia
ah, ingin ku kulum bibirMu dengan nafas bau
penuh seluruh rindu dendam dari hati terdalam
Kota Pudak, 21 September 2007
No comments:
Post a Comment