Pages

Thursday, January 3, 2008

Membendung Aliran Keruh Sungai

: para pencari jalan


sungai apakah namanya lenggak lenggok
menggurat membelah dada kota
ricikricik alir airnya mengundang
cibir dan sinis tawa. menyiksa


hai, kemanakah alir air keruhmu
bermuara? bahkan kami pun tak tahu
dari dan ke mana asal muasal
hilir dan hulumu


tibatiba saja engkau coklatkan
kejernihan dan kedalaman
wangi lubuk kami
yang tlah berabadabad
kami warisi dari pedang ke pedang


berbuihbuih sengit katakata
dan lelehan warna merah kesumba
terhanyut ke muara jauh
menyisakan pedih perih
diasinkan pasang surut
sabetan gelombang


engkau ke hilir yang tak kami pahami
tidak semestinya seperti kami


lalu, bebatuan menghempaskannya
ikan-ikan memeram resah
tak tahu arah


sebelum terhempas
terdengar ricik lirih
”luaskan ceruk lubuk
agar tak memandang dalam
keruh”


Kota Pudak, Desember 2007

No comments:

Sepetak Sajak

Kau tidak menyebut nama-Ku
kau menyebut namamu

(Gatoloco, Asmaradana, Goenawan Mohammad)

----

aku ingin mencintamu dengan membabi buta-
dengan sebotol racun yang diteguk Romeo
tanpa sangsi yang membuat kematiannya jadi puisi

aku ingin kau mencintaiku dengan membabi buta
dengan sebilah belati yang ditikamkan Juliet
ke dada sendiri yang membuatnya jadi abadi

(Aku Ingin, Autobiografi, Saut Situmorang)