: para pencari jalan
sungai apakah namanya lenggak lenggok
menggurat membelah dada kota
ricikricik alir airnya mengundang
cibir dan sinis tawa. menyiksa
hai, kemanakah alir air keruhmu
bermuara? bahkan kami pun tak tahu
dari dan ke mana asal muasal
hilir dan hulumu
tibatiba saja engkau coklatkan
kejernihan dan kedalaman
wangi lubuk kami
yang tlah berabadabad
kami warisi dari pedang ke pedang
berbuihbuih sengit katakata
dan lelehan warna merah kesumba
terhanyut ke muara jauh
menyisakan pedih perih
diasinkan pasang surut
sabetan gelombang
engkau ke hilir yang tak kami pahami
tidak semestinya seperti kami
lalu, bebatuan menghempaskannya
ikan-ikan memeram resah
tak tahu arah
sebelum terhempas
terdengar ricik lirih
”luaskan ceruk lubuk
agar tak memandang dalam
keruh”
Kota Pudak, Desember 2007
No comments:
Post a Comment