Pages

Tuesday, February 12, 2008

Menanti Sebuah Duka

seringkali ku dengar di sekitar
suara-suara, tertawa-tawa
sementara kabar duka
menyeruak berkala di baliknya

detik ini saatmu
sedangkan aku belum terhitung
pada giliran yang menunggu
tawa mereka bahagia
seakan derainya tak menua
lalu binasa

pada apa yang mereka sebut-sebut
di mulut dan hafalan kata-kata di kepala
mereka percaya kelak
adalah penuntun menuju sebuah negeri
nyaman sentausa tak kurang suatu apa
sebagai miliknya yang telah di kapling lama

akhirnya, silat kata pada yang beda
seringkali hadir mengeraskan jiwa
seakan-akan tak menebarkan dusta
cerita yang tak pernah dialami, sebuah spekulasi


ah, seandainya hidup
tidak mencengkeram dan dicengkeram
konsep-konsep dan dogma-dogma
tapi hanya menuju yang NYATA
mungkin tak perlu mengobral berbuih kata-kata
menegangkan urat-urat leher


HANYA duduk bersama dalam damai dan
tenang jiwa, menyelam tenggelam dalam DIAM


Februari 2008

No comments:

Sepetak Sajak

Kau tidak menyebut nama-Ku
kau menyebut namamu

(Gatoloco, Asmaradana, Goenawan Mohammad)

----

aku ingin mencintamu dengan membabi buta-
dengan sebotol racun yang diteguk Romeo
tanpa sangsi yang membuat kematiannya jadi puisi

aku ingin kau mencintaiku dengan membabi buta
dengan sebilah belati yang ditikamkan Juliet
ke dada sendiri yang membuatnya jadi abadi

(Aku Ingin, Autobiografi, Saut Situmorang)