Bangunan kata-kata dalam kepalamu kokoh menjulang menikam menara sepi berakar legam pada janggutmu coba menembus dimensi tak tertandingi.
Apalagi yang tak kau yakini selain susunan huruf-huruf telunjuk pada Matahari yang kau cengkeram dan lemparkan dengan membabi buta.
Sedangkan cahaya matahari dalam dadamu tak kau hirau untuk menerangi jiwa menuju Matahari.
Sampai kapankah kau biarkan ketenangan kami mengalir sewajarnya tanpa riuh riak dan kecipak ombak oleh lemparan kata-kata dan sorot tajam matamu memburu.
Maret 2008
Apalagi yang tak kau yakini selain susunan huruf-huruf telunjuk pada Matahari yang kau cengkeram dan lemparkan dengan membabi buta.
Sedangkan cahaya matahari dalam dadamu tak kau hirau untuk menerangi jiwa menuju Matahari.
Sampai kapankah kau biarkan ketenangan kami mengalir sewajarnya tanpa riuh riak dan kecipak ombak oleh lemparan kata-kata dan sorot tajam matamu memburu.
Maret 2008
No comments:
Post a Comment