waktu demi waktu kami hanya bisa menimbun petak-petak angan, menyesali petak-petak masa silam bermimpi tentang petak-petak masa depan yang semakin meluas mengembang, petak-petak angan seperti menjadi tuhan kehidupan yang menjadi satu-satunya tujuan
di sini kami saling berhimpitan dan berjejalan sambil mengibarkan bendera-bendera warna kelam tentang rasa getir dan khawatir tentang perjalanan hari-hari muakhir yang kami jejak tiada hari tanpa memeras pikir seolah tanpa akhir.
kami sangat yakin bahwa sang langit tak pernah memejamkan mata dan menutup telinganya terhadap kami oleh sebab itulah kepada langit yang maha indah seringkali kami dongakkan wajah-wajah dalam tangan-tangan tengadah berharap hidup kami tak seperti masa yang sudah-sudah.
kami juga sangat yakin bahwa sang langit selalu menjawab dongakan wajah dan tangan tengadah kami meski tetua-tetua kami hanya sesekali mendengar dan menampung keluh kisah kami.
bahkan kami sering mendengar jerit langit yang semakin tak di indahkan oleh tetua-tetua negeri kami yang seharusnya melalui tangan-tangan mereka sang langit mencurahkan karunianya bagi kegembiraan hati kami.
kegembiraan yang tak kunjung tiba itu merintikkan air dari mata-mata sembab kami lalu mengalir bak air bah dan pedihnya mata-mata kami membakar debu-debu menjadikannya bara yang menerjang segala yang ada dan akhirnya menjelma dalam berbagai wisata luka.
Gresik, 2010
Picture: Gunung Merapi Meletus, Affandi
2 comments:
awi, thanx 4 visiting my site...there'd be nice if i could share to you some of my thoughts..
thanks for visiting me Mr. Manchiss
Post a Comment